PERLUNYA PENGUATAN SOCIAL AWARENESS WARGA KOTA DALAM
MEWUJUDKAN MAKASSAR MENJADI WORLD CLASS
CITY
Ciri Sebuah
Kota Dunia
Jika kita
berbicara tentang kota dunia maka yang ada dibenak kita tentu saja kota yang
dipenuhi dengan rerimbunan hutan beton yang menjulang, lalu lintas yang padat
dengan berbagai jenis moda transportasinya, land mark yang khas berupa
bangunan-bangunan dan atau kawasan-kawasan tertentu, dipenuhi dengan berbagai sign & symbols yang hidup serta
gemerlapan, street furniture yang tertata rapih dan fungsional, serta berbagai
fasilitas pendukung yang komplit dan futuristik untuk mewadahi berbagai
aktivitas dan kebutuhan masyarakat global yang bergelut didalamnya. Kota-kota
dunia yang telah terkenal selama ini seperti New York di Amerika Serikat, Paris
di Perancis, Tokyo di Jepang atau Seoul di Korea Selatan telah mewakili bentuk
dari kota dunia yang sebenarnya dengan ciri khasnya masing-masing. Kota-kota
tersebut telah memiliki karakter yang kuat untuk diingat oleh masyarakat dunia
sebagai kota yang memiliki kelas tersendiri.
Di setiap
kota dunia, desain kota amat jelas tergambarkan oleh para penentu kebijakan,
yang mampu menampilkan "kearifan kekotaan" dalam membangun kotanya.
Salah satunya bisa terlihat dari adanya kebijakan pemerintah kota yang mampu
merefleksikan nilai-nilai continuity
& change yang tergambarkan secara gamblang dalam konsep dan desain
kota. Perpaduan yang harmonis antara elemen-elemen kota yang old & new senantiasa mendapat
perhatian yang istimewa dalam setiap proses perancangan kota. Demikianlah
sehingga di berbagai sudut-sudut kota, nuansa old & new selalu hadir sebagai bagian dari proses berperadaban
kota dan bentuk pemaknaan dari prinsip continuity
& change itu, yang sejatinya selalu ada di setiap kota-kota dunia.
Sudah
menjadi sebuah kewajaran jika setiap kota di dunia ini berharap dan
berlomba-lomba untuk bisa menjadi kota dunia, termasuk kota Makassar, sebab
secara tidak langsung status tersebut sangat berhubungan dengan berbagai aspek
kehidupan masyarakat kota, termasuk perekonomian dan kesejahteraan kota
tersebut. Oleh sebab itulah saat ini Pemerintah kota Makassar fokus berbenah
untuk menjadikan Kota Makassar sebagai kota dunia. Tentu saja tidak ada yang
salah dengan hal ini. Niat serius Pemerintah Kota Makassar ini sudah selayaknya
ditanggapi positif oleh setiap elemen terutama masyarakat yang menetap di kota
Makassar, sebab niat Pemkot ini tidak akan bisa terlaksana tanpa partisipasi
dari setiap variabel yang telah menjadi sebuah sistem sosial dalam kehidupan
bermasyarakat disetiap kota. Sejumlah prasyarat, baik yang telah ada maupun
yang sedang digagas oleh pemerintah kota untuk diwujudkan ke depan,
sesungguhnya semakin meyakinkan kita bahwa Makassar saat ini on the track menuju world class city. Apalagi didukung dengan berbagai nilai lebih dari
potensi sumber daya alam serta posisi strategis yang dimilikinya, Pemerintah
Kota Makassar sangat yakin bisa mewujudkan harapan besar ini.
Sepertinya
Pemerintah Kota Makassar memang sangat serius dengan rencana tersebut. Dalam mencapai tujuan itu beberapa waktu yang lalu
telah dilakukan sayembara master plan pembangunan
kota dunia yang diadakan oleh Pemkot Makassar. Dengan hasil sayembara tersebut,
kini peta perjalanan Makassar menuju kota dunia telah tertata dan terencana secara
matang. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah hanya dengan pembangun
dari sisi fisikal saja telah cukup untuk menjadikan sebuah kota mendapatkan
gelar kota dunia?
Ada ciri
lain yang justru tantangannya juga sulit untuk diwujudkan, karena ini menyangkut
kesadaran dan peran langsung seluruh warga kota, yakni ciri sosio-kultural,
yang dalam keseharian wujudnya berupa perilaku warga kota dalam menjalani
aktivitas kesehariannya dalam kota, yang dalam essay ini disebut sebagai social awareness.
Social
Awareness Warga Kota Makassar
Disadari
atau tidak, sesungguhnya harus kita akui bahwa warga kota Makassar dewasa ini belum
bisa dikategorikan sebagai warga yang memiliki ciri warga kota dunia. Ciri-ciri
warga kota dunia yang selama ini kita temukan diberbagai kota yang telah
mendapatkan pengakuan sebagai kota dunia belum kita temukan dalam sendi-sendi kehidupan
warga kota Makassar dalam menjalani setiap aktivitasnya dalam kota. Salah
satunya yaitu social awareness warga
kota Makassar yang sejatinya belum mampu bisa beradaptasi dengan perkembangan
dan kemajuan kota selama ini. Social
awareness atau kesadaran social berkait langsung dengan perilaku keseharian
warga kota, yang karena kondisi dan tuntutan berperadaban, menjadikannya
berbeda dengan perilaku keseharian warga kampung. Ruang-ruang kota dengan
berbagai ragam fungsinya, mendorong dan menuntut warga kota untuk secara
naluriah, akan menyesuaikan perilakunya dengan kondisi berperadaban di
lingkungannya.
Kita dapat
melihat fakta dilapangan betapa sebagian besar warga kota ini, belum bisa
memaknai hakikat kebersihan dan hidup bersih, buang sampah seenaknya dan di
sembarang tempat pula, berbicara atau menelepon dengan suara dikeraskan, dan
apalagi bila masuk di toilet umum, lumayan jorok. Demikian pula dengan perilaku
hidup tertib dan berdisiplin, kita sering melihat betapa semrawutnya lalu
lintas di jalan raya, atau coba amati betapa kebiasaan mengantre diberbagai
tempat dan kesempatan yang belum bisa dimaknai sebagaimana mestinya.
Selain itu kesadaran untuk peduli pada property perkotaan masih rendah ditandai dengan banyaknya perilaku vandalisme dan sebagainya. Perilaku-perilaku yang tidak peduli terhadap property perkotaan ini sangat mudah kita jumpai di kota Makassar, coba saja tengok fly over di Jalan Urip Sumoharjo, bahkan sebelum pengerjaan fly over tersebut rampung, beberapa warga kota sudah mengotori bangunannya dengan berbagai tulisan dan gambar-gambar yang tidak sedap untuk dipandang, hal yang sama juga sering kita temukan diberbagai tempat seperti terminal, jembatan penyeberangan, telepon umum dan sebagainya. Dari fakta-fajta tersebut kita dapat menilai bahwa kehidupan sosio-kultural warga kota Makassar terasa masih jauh dari kesadaran berkehidupan sebagai sebuah komunal yang urban community. Belum lagi bila kita membicarakan tentang betapa dan bagaimana warga kota ini memaknai demokrasi dan berdemokrasi yang sesungguhnya.
Ilustrasi
tersebut di atas tentu saja akan semakin banyak lagi bila merekam pengalaman
masing-masing warga kota. Mind-set
dan perilaku warga kota Makassar saat ini, semestinya sudah harus menyesuaikan
diri dengan lingkungan kota di mana ia berada, atau sejak ia melewati pintu
gerbang kota. Itulah sebabnya mengapa desain gerbang kota, konsep dasarnya
adalah bukan sekadar bangunan pembatas administratif kota, melainkan yang tak
kalah pentingnya adalah bagaimana sebuah gerbang kota mampu menjadi
"pembatas psikologis" bagi setiap orang yang memasuki suatu kota,
apalagi dalam tataran konsep kota dunia, agar warga kota secara psikologis bisa
sadar dan menyesuaikan perilakunya sebagai perilaku warga kota dunia.
Sayangnya,
aspek social awareness ini justru
merupakan sesuatu yang tidak mudah, karena ini menyangkut kebiasaan dan
pembiasaan dalam berkehidupan. Mengubah atau menyesuaikan kebiasaan atau
perilaku, membutuhkan proses dan waktu, tapi sesungguhnya juga bisa melalui
proses pembiasaan melalui berbagai program yang kompatibel.
Dalam
konteks ini, maka peran pendidikan formal menjadi sangat penting artinya. Dimulai dari tingkat Taman Kanak-kanak,
program pembiasaan sudah bisa dan semestinya digalakkann guna mewujudkan
harapan ini. Perilaku hidup bersih, tertib dan disiplin, sejatinya menjadi
muatan penting pada setiap materi pengajaran dan pembelajaran yang diberikan
diberbagai jenjang pendidikan. Oleh karena itu, maka peran guru dan
program-program pengajaran, merupakan faktor kunci untuk keberhasilan dalam
mempersiapakan sebuah generasi, yang akan menjadi bagian dari suatu komunitas
khas yang hidup dalam sebuah kota dunia. Ketidaksiapan kita dalam mempersiapkan
generasi yang berperadaban dengan social
awareness yang tinggi, pada saatnya nanti hanya akan menjadikan kota ini
sebagai sebuah kota yang "kering" dan "berjarak" dengan
warganya sendiri. Kota dunia yang kita impikan hanya akan menjadi sebuah
kampung besar yang tak berperadaban.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini..