Pemuda dalam Bingkai Perang Dekadensi Moral 2012
Kalau diamati sejarah dari bangsa ini, maka
akan tampak jelas betapa beraninya anak-anak muda selama ini mencetuskan
gagasan-gagasan baru dan orisinal untuk membangun bangsanya. Kaum muda juga tidak
jarang tampil ke depan, mengambil inisiatif baru, dan menjadi aktivis yang
dinamis dan militan, menciptakan prospek yang cemerlang bagi masa depan
negaranya.
Dicermati berdasarkan periode setiap
generasi kepemudaan, maka dapat dilihat bahwa setiap angkatan di setiap
generasi memiliki bentuk dan fokus perjuangan yang berbeda-beda. Angkatan 1908
lebih banyak melakukan perintisan rasa dan semangat nasionalisme yang kemudian
semakin dimatangkan pada momentum Sumpah Pemuda tahun 1928. Momen
historis bagi para pemuda dalam merumuskan kesatuan dan persatuan, sehingga
mampu memodali diri untuk terus mengusir penjajah yang selama ratusan tahun
bercokol di negara kita. Cipratan darah di dinding-dinding bangunan tua di
berbagai daerah menjadi saksi atas pengorbanan para pemuda, yang gagah berani
mengusir penjajah dari tanah air Indonesia. Sementara
angkatan 1945 lebih berorientasi pada semangat dan api revolusi. Angkatan 1966
terlibat pada pergulatan politik menentang PKI, sedangkan angkatan 70-an lebih
banyak terlibat tentang wacana keadilan ekonomi politik.
Mencermati catatan historis tersebut,
tampak bahwa sejarah kepemudaan itu dibangun diatas idealisme dan komitmen
sosial kaum muda. Peran kaum muda sebetulnya merupakan terjemahan dari dinamika
antara idealisme dan realitas sosial yang dihadapi. Di pundak pemuda terdapat bermacam-macam harapan,
terutama dari generasi lainnya. Hal ini karena mereka diharapkan dapat menjadi
generasi penerus, yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, dan
generasi yang harus melangsungkan estafet pembangunan secara terus-menerus.
Namun, sekarang rupanya
momen bersejarah itu hanya ingatan tekstual yang terlampir pada lembaran
buku–buku sejarah bangsa. Pemuda masa kini, yang hidup di tengah arus
globalisasi banyak yang tidak bertahan dan hanyut terbawa arus gaya hidup
amoral. Hedonisme dan kebarat-baratan akrab dengan kehidupan para pemuda. Bangga
dengan budaya luar dan rasa gengsi dengan budaya lokal, adalah cikal bakal lahirnya
pemuda yang kurang menghargai agama dan sejuta kearifan lokal bangsanya, hingga
menimbulkan dekadensi (kemerosotan) moral yang luar biasa di kalangan pemuda
saat ini. Rasa gengsi terhadap budaya bangsa ini merupakan sebuah problema yang
tidak boleh dibiarkan begitu saja. Mungkin bagi sebagian orang ini hanyalah
sebuah masalah kecil, tapi sesungguhnya kehancuran budaya suatu bangsa dapat
terjadi dimulai dengan masalah-masalah seperti ini. Ketika para generasi
penerusnya tidak lagi bangga terhadap budaya mereka sendiri maka harapan untuk
melestarikan budaya itu akan lenyap secara sendirinya. Sehingga akibatnya di
masa depan bangsa ini akan kehilangan identitasnya dan hanya akan menjadi
bangsa yang primitif dan tidak beradab.
Jika dulu para pemuda dengan
penuh keyakinan, memegang senjata dengan kekhawatiran negara yang dicintainya
dicuri oleh bangsa lain. Kini, pemuda tidak mempunyai pegangan apa-apa.
Pendidikan sebagai asas pencetak karakter juga, bagi sebagian pemuda hanyalah
formalitas, bukan urgensi kehidupan. Tingkat pendidikan Indonesia memang
meningkat jika dibandingkan dengan zaman dulu, apalagi zaman penjajahan. Akan
tetapi, kepintaran kaum muda saat ini, tidak dibarengi ketangguhan moral yang
seharusnya terus meningkat.
Dekadensi moral pemuda,
sebagai anak bangsa adalah dampak dari tidak adanya pijakan terhadap
nilai-nilai yang sarat teladan. Mengonsumsi narkoba dan miras menjadi hal yang
biasa menurut sebagian kalangan pemuda. Mereka menganggap bahwa hal itu hanya
keisengan semata. Pesta seks dan narkoba sering terngiang di telinga. Bahkan,
hampir setiap hari, media melaporkan kejahatan amoral yang dilakukan pemuda di
berbagai daerah di negeri ini.
Minuman keras dan
narkoba telah mempengaruhi dan meracuni para pemuda sehingga masa depan mereka
terkikis habis. Hidup modern yang dianut pemuda Indonesia, tidak dilandasi
dengan nilai moral dan cenderung mengadopsi budaya negatif modernitas,
menjerumuskannya ke lembah degradasi laku, di mana tidak akan ditemui lagi masa
depan yang cerah. Pemuda yang tidak bisa menyaring budaya Barat dan arus
modernitas akan menyebabkan dua arus itu sebagai ancaman bagi masa depannya.
Padahal jika ia mampu memaknai modernitas, pasti ia akan menemukan kebaikan-kebaikan
yang dikandungnya. Ancaman dekadensi moral pemuda terus menerus melanda bangsa
ini. Pornoaksi dan pornografi seringkali menjadi tontonan umum, bahkan
tuntunan. Efek yang ditimbulkan dari pornoaksi dan pornografi adalah lahirnya
paham seks bebas. Televisi, internet, dan CD/DVD porno menayangkannya seolah
tuntutan pasar. Sehingga, dampaknya pada pemuda, mereka banyak yang mengikuti
gaya hidup tersebut. Tayangan gaya hidup negatif Barat terus menerus menyeret
pemuda ke kandang modernitas dan mengikatnya, hingga mereka berkiblat pada laku
lampah Barat yang tak beradab. Inilah racun yang sangat ditakuti mendegradasi
kepribadian generasi muda bangsa ini.
Ancaman dekadensi moral
adalah permasalahan bangsa yang sangat menakutkan dan sangat berbahaya. Jika
hal ini terus-menerus dibiarkan, maka akan mengakar di diri tiap pemuda, bahkan
seluruh lapisan masyarakat akan terkena dampak krisis moral ini. Kelalaian dan
keteledoran bangsa Indonesia dalam menjaring setiap budaya yang masuk ke negara
ini, melahirkan dampak yang negatif dan merusak. Westernisasi yang dibiarkan, lama–kelamaan
akan menghapus kebudayaan lokal yang penuh dengan kearifan hidup. Jika ancaman
dekedensi moral tidak disikapi dengan serius, kita tidak akan jadi bangsa yang
maju, tidak akan ada yang berteriak “merdeka” untuk membela tanah air ini.
Mungkin korban pemuda yang mati karena minuman keras, narkoba, AIDS atau
lainnya akan jadi pemandangan yang mengerikan setiap hari.
Di awal 2012 ini, sudah
saatnya pemuda menabuh genderang perang terhadap dekadensi moral yang
berlangsung selama ini. Perang yang akan sangat menentukan nasib bangsa ini
dimasa depan. Jika pemuda kalah atau mengalah, maka hanya tinggal menunggu
waktu saja untuk melihat negeri ini runtuh. Karena itu, wahai pemuda jangan
pernah berani mengaku sebagai pemuda negeri ini jika kalian masih berkoar
seperti burung, mengaku sebagai individu yang paling loyal bagi bangsa ini tapi
kalian tidak pernah membuktikannya. Begitu memilukan bagi para pahlawan
kemerdekaan yang telah berjuang demi kalian, melihat generasi yang sangat
mereka harapkan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa, akhirnya
kalah bahkan sebelum berperang. Mereka telah berkorban demi apa yang mereka
impikan, demi secercah harapan akan nasib masa depan bangsa ini, dan cita-cita
itu kini telah mereka sematkan di pundak para pemuda, karena mereka percaya
kepada kalian.
Sadarlah, bahwa negeri
ini adalah sebuah tanggungjawab yang harus dipikul berlandaskan amanah. Negeri
ini butuh sosok-sosok pejuang yang rela berkorban demi menjaga amanah bangsa, bukan
sosok penakut yang bertekuk lutut di bawah gempuran pengaruh Barat. Pemuda
adalah generasi bangsa, penerus bangsa, pemertahan kibaran Sang Merah Putih
untuk tetap berkibar dengan gagah. Yakinlah untuk memikul beban dan amanah ini
bersama. Karena kalian satu, kalian saudara, kalian adalah Pemuda Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini..