RELEVANSI HUBUNGAN AKH SYAQIQ
Akh Syaqiq atau saudara kandung merupakan julukan
Negeri Khatulistiwa, Indonesia dari Negeri Seribu Benteng, Maroko. Ini bukan sekedar julukan yang diberikan tanpa alasan, Indonesia dan Maroko
memiliki hubungan emosional bak saudara kandung yang telah terbina bukan hanya
sejak 51 tahun lalu ketika secara resmi kedua negara menyepakati hubungan
diplomasi, tetapi hubungan itu bahkan telah dimulai sejak abad 14 masehi ketika
Ibnu Battutah datang ke Indonesia dalam misi menyebarkan agama Islam yang kini
mayoritas penduduk kedua negara telah memeluknya. Kesamaan sejarah kedua negara
yang pernah dijajah oleh bangsa Barat, peran serta Indonesia dalam memberikan
dukungan moril yang besar bagi kemerdekaan Maroko serta berbagai kesamaan
pendapat dan sikap terhadap isu regional dan internasional telah menciptakan
romantisme yang kuat diantara kedua negara. Berbagai bentuk kerjasama pun telah berlangsung dalam tempo lebih dari setengah abad lamanya, namun
harus diakui bahwa potensi kerjasama kedua negara yang begitu besar belum mampu
dimaksimalkan oleh kedua negara, terutama Indonesia, padahal pemerintah dan
pihak kerajaan Maroko telah membuka lebar segala bentuk peluang kerjasama yang
lebih jauh untuk Indonesia sebagai bentuk penghargaan negaranya terhadap
keterikatan sejarah kedua negara.
Jarak antara kedua negara yang melebihi sekitar
sepertiga lingkaran dunia terbukti tidak menghalangi kerjasama yang telah
berlangsung selama ini. Namun, yang menjadi salah satu penyebab tidak
maksimalnya kerjasama antara Indonesia dan Maroko adalah karena kurangnya people to people contacts antara rakyat
kedua negara sehingga perlu adanya upaya restrukturisasi pola hubungan antara
rakyat keduanya yang selama ini masih cenderung stagnan dan tidak ada kemajuan
yang signifikan. Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah dengan
membentuk Poros Jakarta-Rabat (Poros JABAT) sebagai relevansi hubungan
persaudaraan antara kedua negara ini.
Poros Jakarta-Rabat merupakan sebuah konsep kerjasama
yang bertujuan untuk lebih membuka peluang interaksi antara rakyat kedua negara
secara langsung sehingga mereka dapat saling mengenal lebih jauh dan lebih
memahami satu sama lain. Konsep ini akan membentuk sentralisasi interaksi antar
rakyat yang kemudian nantinya menyebar ke berbagai daerah dengan pola yang
lebih terintegrasi. Dengan hubungan yang lebih erat, ditambah dengan
keterikatan sejarah dan nilai-nilai agama yang sama yang dianut oleh rakyat
kedua negara maka berbagai bentuk kerjasama di berbagai bidang akan semakin
mudah dicapai yang pada akhirnya akan menciptakan hubungan yang lebih progresif
dan keuntungan yang lebih komparatif antara kedua belah pihak. Implementasi
Poros JABAT ini dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap hubungan dan social benefit kedua negara di berbagai
bidang seperti ekonomi, pendidikan, budaya, pariwisata, agama dan sebagainya.
Pertama, dibidang ekonomi Poros JABAT ini menjadi
wadah yang aplikatif untuk mempertemukan para pengusaha kedua negara guna
memperluas upaya sharing of information,
knowledge and experience tentang potensi alam dan produk-produk unggulan
masing-masing, dan mengingat bahwa sumber daya alam dan sumber daya manusia
kedua negara satu sama lain berbeda maka proses kerjasama akan lebih mudah terlaksana
sebab akan muncul kondisi timbal-balik saling membutuhkan dan saling melengkapi
antara keduanya. Forum-forum yang mempertemukan para pengusaha kedua negara ini
nantinya dapat dilaksanakan secara intens dan berkala minimal sekali dalam
setahun yang kemudian juga menjadi arena bagi para pengusaha untuk membahas dan
memecahkan masalah-masalah perdagangan yang kemudian muncul. Pemerintah kedua
negara dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator tanpa intervensi yang lebih
jauh dan sedapat mungkin memberikan kemudahan-kemudahan bagi para pengusaha
kedua negara dengan regulasi yang lebih mengutamakan kemudahan akses
perdagangan seperti pembebasan visa berkunjung yang telah disepakati selama
ini. Disisi lain konsep ini juga mendukung upaya diversifikasi pasar ekspor
Indonesia mengingat kerjasama konvensional antara Indonesia dengan
negara-negara maju seperti Amerika, Uni Eropa atau China selama ini terbukti
lebih sering menjerat Indonesia dalam hubungan yang tidak saling menguntungkan,
dimana Indonesia sangat sering keluar sebagai pihak yang dirugikan. Banyak
pengamat yang melihat relevansi dari solusi ini mengingat posisi Maroko yang
strategis yang terletak diantara Laut Mediterania dan Samudera Atlantik yang menjadi
pintu gerbang tiga kawasan yaitu Afrika-yang selama ini masih kurang dijamah
oleh produk ekspor Indonesia- Timur Tengah dan Eropa. Ditambah lagi Perjanjian
Perdagangan Bebas yang telah dijalin oleh Maroko dengan negara-negara di tiga
kawasan tersebut maka ini akan mempermudah serta memperluas penyebaran dan
transfer produk-produk Indonesia ke negara-negara tersebut.
Dibidang Pendidikan, Poros JABAT ini akan menjadi pusat lalu lintas dunia pendidikan antar kedua
negara. Ketika rakyat keduanya semakin intens menjalin kontak dan interaksi
maka dengan sendirinya akan timbul berbagai inisiatif untuk membentuk
forum-forum pendidikan, seminar, transfer ilmu pengetahuan, pertukaran pelajar
dan mahasiswa, berbagai diskusi di berbagai bidang keilmuan dan sebagainya, yang bukan hanya sebatas di bidang ilmu agama tentunya.
Sektor selanjutnya yang sangat potensial yaitu
kebudayaan. Kebudayaan adalah ciri suatu bangsa. Kebudayaan yang ada di dalam
suatu negara adalah cerminan masyarakat yang ada di dalamnya. Dengan mengenal
budaya bangsa tersebut maka paling tidak kita telah mengenal karakter dan sifat
masyarakatnya, yang kemudian dapat membawa kita untuk lebih memahami dan lebih
mudah berbaur dengan rakyat negara tersebut.
Lebih dari setengah abad hubungan RI-Maroko telah terbina, namun
sebagian besar rakyat Maroko hanya mengenal Indonesia dengan rue (jalan)
Soekarno atau rue Bandoeng dan rue Jakarta yang ada di negaranya saja ,
begitupun sebaliknya rakyat di Indonesia hanya mengenal Maroko dengan Jalan
Casablanca yang ada di Jakarta. Patut disayangkan rakyat kedua ”saudara” ini
belum saling mengenal lebih jauh, padahal mereka memiliki hubungan keterikatan
yang begitu kuat. Pengenalan budaya satu sama lain merupakan solusi yang
efektif untuk merekatkan hubungan rakyat kedua negara. Dan dengan aplikasi
konsep Poros JABAT ini maka akan mendorong upaya sharing informasi tentang
budaya dan kesenian yang ada di negara mereka masing-masing. Rakyat kedua
negara tidak akan mengalami kesulitan dalam menerima kedua hal tersebut, sebab
budaya dan kesenian yang berasal dari kedua negara ini memiliki banyak kesamaan
yang bernuansa islami, yang berisi nilai-nilai yang arief dan bijaksana
sehingga dapat menjadi tuntunan bagi kehidupan rakyat kedua negara.
Selanjutnya dari sektor pariwisata. Sektor ini
juga masih sangat kurang dijajaki dalam hubungan kerjasama RI dan Maroko,
padahal obyek-obyek wisata di kedua negara sangat potensial untuk dikunjungi.
Maroko yang dikenal dengan julukan ”Tanah Tuhan” ini adalah salah satu pusat
tujuan wisatawan Eropa dan Timur Tengah. Potensi alam Maroko sangatlah indah seperti pemandangan Pegunungan Atlas, laut
Mediterania yang begitu indah dan menyimpan peradaban prasejarah seperti Ait
Bin Haddou yang sangat megah dan telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia, serta berbagai hasil peradaban Islam lainnya yang sangat cocok untuk
menjadi tujuan wisata rohani. Sedangkan Indonesia yang terkenal dengan julukan
”Zamrud Khatulistiwa” tidak kalah indahnya dengan Maroko, siapa yang tidak
kenal dengan Bali yang telah mendunia itu? Atau keindahan Raja Ampat, Pulau
Komodo, Bunaken dan lainnya. Peluang untuk memaksimalkan potensi ini sangatlah
besar jika, sekali lagi, sharing informasi tentang obyek-obyek wisata tersebut
dilakukan secara lebih persuasif dan menyentuh langsung masyarakat kedua negara.
Sedangkan di bidang agama, dengan karakter
pemahaman yang berkembang di dalam masyarakat kedua negara yang memiliki banyak
kesamaan maka ini akan lebih mengintensifkan berbagai dialog dan forum-forum
pengembangan agama. Poros JABAT ini diharapkan bisa menjadi wadah yang
efektif yang mempertemukan tokoh-tokoh
agama kedua negara untuk membahas dan mengatasi islamphobia yang merebak di
dunia secara global akhir-akhir ini. Dengan bentuk hubungan seperti ini maka
kedua negara diharapkan mampu menjadi motor penggerak dalam menciptakan
peradaban Islam yang lebih harmonis dalam perkembangan dunia
global sekarang dan di masa yang akan datang.
Sebuah ironi jika rakyat Maroko lebih mengenal
Eropa dibandingkan saudaranya sendiri Indonesia. Sudah saatnya kita berhenti
menjabat tangan mereka tetapi mulailah untuk memeluk mereka karena kita diikat
oleh satu tali yang begitu kuat, akh Syaqiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Komentar Disini..